Dusun Colo

20 November 2013 by no comments

Kondisi Geografi

Dusun Colo terletak di sebelah paling timur Desa Donotirto dengan batas wilayah administratif sebagai berikut:

  • Sebelah Utara: Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong
  • Sebelah Barat: Dusun Busuran dan Mersan
  • Sebelah Timur: Sungai Opak
  • Sebelah Selatan: Sungai Opak

Dusun Colo terdiri dari 4 RT (Rukun Tetangga) dari mulai RT 32 – RT 35, awalnya merupakan gabungan dusun Colo dan Bedog Dusun ini sebagian besar wilayahnya merupakan lahan pertanian dan tegalan dan sebagian lagi merupakan daerah permukiman. Kondisi topografisnya adalah daerah dataran, dengan kemiringan lereng 0 – 2 %. Pola permukiman penduduk mengelompok dengan kondisi permukiman relatif kurang padat. Jumlah penduduk sebanyak 647 jiwa(145 KK)  yang terdiri 293 laki-laki dan 354 perempuan.

Sejarah Dusun Colo

Dalam sejarahnya dusun Colo merupakan dusun di pinggir sungai Opak yang apabila dilihat dari Desa Donotirto wilayah ini merupakan wilayah desa yang “menjorok” ke sungai sehingga kemudian muncul istilah “ Moncol tur ala”. Istilah ini memiliki makna negatif sebagai wilayah yang terkesan kumuh dan pernah kebanjiran (tahun 1964) karena posisinya di pinggir sungai.Kepala Dusun yang sekarang menjabat adala Bapak Sujudi

kaduscolo

Kepala Dusun Colo : Sujudi

Potensi Sumberdaya Manusia

Potensi sumberdaya manusia sebagian besar adalah petani, buruh tani, dan profesi jasa bangunan. Berdasarkan banyaknya penduduk, menurut pendidikannya sebagian besar tamat SD, sebagian tamat SLTP dan SLTA, dan 7 orang tamat Perguruan Tinggi. Fasilitas kegiatan kemasyarakatan yang ada di dusun Colo adalah adanya Karang Taruna yang kurang begitu aktif, dan kegiatan yang terkait dengan pertanian tergabung dalam kelompok tani Tirto Nugroho dan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3AI)) dari dusun Busuran yang mengatur pembagian air terjadwal (amprahan), yakni seminggu mengalir 2 hari efektif. Tanah sawah umumnya 3 kali padi dalam 1 tahun tergantung cuaca. Saat ini (September 2013) lahan persawahan ditanami padi dan sebagian tanaman palawija seperti brambang (bawang merah), kedelai, kacang, dan di beberapa tempat ditanami dengan melon. Panenan sawah dilakukan dengan sistem tebas dengan upah untuk 1 Ru (14 m²) Rp 30.000 dimana setiap 1 Ru menghasilkan 10 kg gabah atau 5 kg beras. Pada tanah tegalan terutama di selatan tanggul sungai ditanami pisang dan kalanjana (rumput gajah) untuk pakan sapi. Pada wilayah pekarangan umumnya ditanami dengan pisang dan pohon kelapa namun tidak produktif lagi karena terserang hama, dan pada musim seperti ini (mongso mareng) pohon kelapa banyak ditebang untuk diambil kayunya (glugu) karena pada musim seperti ini kayu glugu kualitasnya baik (kandungan air sedikit).

Dusun Colo juga memiliki tanah kas desa yang dapat disewakan yang digunakan sebagai sumber PAD  yaitu 1 Ru  Rp 15.000/tahun dan disewakan hanya untuk warga setempat, sedangkan untuk tanah pelungguh (gaji perangkat) apabila disewakan dapat mencapai Rp 25.000/tahun.

Potensi Ekonomi

Potensi dusun yang mungkin dapat dikembangkan selain tanaman brambang dan melon adalah adanya kegiatan peternakan, berupa sapi (jumlahnya sedikit) maupun kambing kampung dan kambing Peranakan Etawa (PE). Pada waktu yang lalu (2013) pernah ada bantuan dalam jumlah terbatas Rp 1.000.000/KK yang kemudian dibelikan kambing 15 ekor untuk 15 KK. Peserta KK yang terpilih adalah keluarga muda dan miskin. Sebagai ilustrasi 1 anak PE umur 4 bulan dihargai Rp 700.000, pejantan PE seharga Rp 4.500.000 dan apabila ingin dikawinkan ongkosnya Rp 50.000.

Potensi warga yang lainnya adalah adanya warung bakmi yang cukup terkenal di wilayah Desa Donotirto yaitu Bakmi Colo