Kondisi Geografis
Batas Administrasi dusun Mriyan adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Tirtomulyo dan Dusun Greges
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Dusun Kalipakel
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Tirtosari
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Dusun Palangjiwan
Pola Pemukiman Penduduk, penduduk memanfaatkan tanah pada awalnya melakukan pembukaan tanah baik sendiri maupun berkelompok, selanjutnya diusahakan dengan cara bertani atau berladang. Pembukaan tanah tersebut merupakan awal dari lahirnya kepemilikan tanah bagi individu, Hal tersebut dilakukan secara turun temurun. Berdasarkan pola pemanfaatan tersebut penduduk kemudian menetap dan bermukin. Seirama dengan lajunya perkembangan penduduk pemukiman semakin berkembang dan berkelompok seperti di dusun Mriyan sampai saat ini rata-rata 1 Kepala Keluarga (KK) terdiri dari 6 anggota keluarga. (interview dengan Kepala Dusun tanggal 11-11-2013)
Sejarah Dusun
Riwayat keberadaan Desa Donotirto dulu (sebelum kemerdekaan) terdiri dari 3 kring atau (kalurahan lama) yaitu Kring Gadingharjo, Kring Banyudono dan Kring Kradenan serta Karangkopek. Karangkopek bermakna tidak mempunyai lahan pertanian. Hal ini dalam Letter C masih menyebutkan nama-nama kring tersebut, tetapi di administrasi desa sudah tidak dituliskan yaitu sejak tahun 1975 ke tiga kring tesebut menjadi Desa Donotirto. Sedangkan Dusun Mriyan sendiri dulunya terletak antara kring Gadingharjo dan Kring Karangadem. Perkembangan wilayahnya terjadi secara alami yaitu sesuai dengan laju pertambahan penduduk di wilayah tersebut yang lama kelamaan memperluas permukiman penduduk, yang dulunya sawah, ladang dan kebun campur menjadi pemukiman.
Potensi Dusun
Potensi SDM : keberadaan anak muda di Dusun Mriyan mayoritas merantau ke luar kota seperti Jakarta sebagai tenaga kerja yitu kerja di pabrik-pabrik. Anak muda lebih senang merantau kerja di pabrik karena merasa enggan menjadi petani meneruskan orang tuanya. Mayoritas pendidikan yang ditempuh sampai jenjang SLTA. Rata-rata pendudk yang tinggal di Dusun Mriyan adalah orang tua dan anak-anak usia sekolah. Namun saat ini sudah ada orang tua yang menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang Perguruan Tinggi seperti di Universitas Negeri Yogyakrata (UNY), UGM dan lain-lain.
Mobilitas penduduk rata-rata setiap KK sudah mempunyai sepeda motor, terutama untuk mobilitas anak sekolah SLTA s/d Perguruan Tinggi dan ada yang sudah mempunyai roda 4 (mobil) sehingga di dusun Mriyan sepeda motor sudah menjadi kebutuhan pokok bagi penduduk. Sementara sepeda onthel kebanyakan digunakan penduduk untuk pergi ke ladang atau sawah yaitu untuk kegiatan lokal bertani seperti mencari rumput, merawat tanaman pertaniannya.
Potensi SDA :
Pertanian di Dusun Mriyan termasuk pertanian subur, tanaman padi dipanen 2 kali dalam setahun dan diselingi tanaman polowijo 1 kali, seperti tanaman jagung, dan kedelai. Kalau musim hujannya cukup lama bahkan bisa ditanami padi 3 kali setahun. Sebagai produk unggulan adalah tanaman hortikultura seperti bawang merah, cabai, melon. (tetapi untuk melon belum dikembangkan), Untuk tamanan melon petani kebanyakan masih menyewakan sawahnya saja, sedangkan yang menanam adalah petani dari Kabupaten Kulon Progo. Menurut seorang petani tanaman bawang merah sebenarnya lebih menguntungkan hasil panennya dibanding tanaman padi Dari 1 kg bibit bawang merah bisa panen menjadi 12 kg dan usia tanamnya hanya 2 bulan sudah bisa dipanen, tetapi banyak petani yang belum secara kontinyu menanam bawang merah karena biaya bibit, pupuk dan insektisida yang tinggi sehingga petani merasa terbentur biaya tanamnya yang mahal sedangkan saat panen raya harga turun. Optimalisasi tegalan, pekarangan, sawah. Secara umum pemanfaatan tegalan dan pekarangan untuk kebun campur dan sawah untuk tanaman padi, polowijo dan tanaman hortikultura di Dusun Mriyan sudah optimal. Pada saat musim kemarau petani menanam palawija dan hortikultura contoh yang bisa diambil adalah pada tanaman melon, kedelai, jagung, cabai yang biasa ditanam dengan bawang merah secara sistem tumpang sari
Namun pada musim kemarau panjang menjadi kendala petani dalam mendapatkan air untuk mengairi tanamannya. Nampak pada saat ini tanaman melon ada yang gagal panen akibat kekurangan air, dan beberapa blok sawah yang tidak ada irigasi air dibiarkan tidak ditanami atau diberokan.
Sementara itu ada petani yang inisiatip membuat sumur bor tetapi biaya nya memang cukup mahal sehingga tidak semua petani mampu membuat sumur bor tersebut, terlihat pada gambar diatas sebagian sawah di berokan tetapi ada juga tanaman jagung yang hijau karena memperoleh air dengan menggunakan sumur bor.
Potensi kelembagaan :
Pengelolaan irigasi dikelola oleh Kelompok Tani (poktan) yang bernama Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang menjangkau 2 dusun sampai 3 dusun sesuai lahan sawah dalam blok., air dimanfaatkan secara bergiliran sesuai kesepakatan kelompok tani. Ada juga Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang merupakan gabungan dari beberapa Poktan yang mempunyai fungsi sebagai Koperasi Poktan yang menggulirkan pinjaman bagi petani yang membutuhkan, misal pinjam 1 juta diangsur 10 kali tetapi dipotong bunga 1 kali angsuran di depan. Sehingga petani yang memnjam 1 juta menerima uang 900 ribu dan mengembalikan 100 ribu/bulan selama 10 kali.Selain meminjamkan modal usaha Gapoktan juga meminjami petani berupa benih/bibit, pupuk, obat-obatan./pestisida. Pada saat petani panen padi, Gapoktan juga mau membeli gabah ke petani kemudian digiling dan menjual beras.
Di Dusun Mriyan masih tergolong sangat minim sarana dan prasaran yang dimiliki, Sarana Pendidikan terbatas pada Taman Kanak-kanak (TK) Aisiyah dan Sekolah Dasar Muhamadiyah masing-masing 1 buah, Sarana peribadatan masjid 3, gereja 1. Hal tersebut mencerminkan mayoritas penduduk Mriyan yang beragama Islam (98%) dan 2% penduduk beragama Katolik. Sedangkan sarana jalan ada 3 jenis yaitu jalan aspal yaitu jalan menuju dusun yang lebarnya 4 – 5 meter, jalan aspal ini merupakan bantuan dari Pemda Bantul. Sedangkan untuk jalan cor blok (lebar 3-4meter) dan jalan tanah (lebarnya 2 meter) merupakan biaya swadaya dari masyarakat dusun Mriyan. Namun sarana jalan penghubung untuk penduduk di Dusun Mriyan dengan dusun yang lain, masih sangat diperlukan jalan penghubung antar dusun, utamanya bulak Mriyan dengan Dusun Greges di sebelah utara dusun katena banyak anak-anak dusun Greges yang sekolah di SD Muhamadiyah yang merupakan SD Unggulan terpaksa melaui jalan kecil dipinggir sungai batas dusun yang rentan jatuh karena sempit dan licin saat hujan.
Situs Ekonomi Dusun
Sentra-sentra pertumbuhan ekonomi dusun : industri kecil
Industri GRC yaitu industri cor-coran untuk cetak ornamen kubah masjid, gapura, dinding-dinding dan lain-lain. Indistri GRC ini cukup banyak menyerap tenaga kerja. Omset GRC ini merupakan omset yang paling besar di Dusun Mriyan karena pangsa pasarnya sudah sampai ke Jawa dan luar jawa seperti Bali. Contoh Masjid di Dusun Mriyan menggunakan GRC. Gambar disamping adalah bangunan masjid yang menggunakan GRC.
Keahlian Warga
Pertukangan di Dusun Mriyan juga banyak dimiliki warga Mriyan sebagai mata pencaharian seperti tukang kayu, bengkel dan tukang bangunan. namun untuk tukang bangunan kebanyakan masih ikut pemborong bangunan di luar dusun Mriyan.
Sementara ketrampilan kelompok ibu-ibu dalam home industri seperti pembuatan tempe, emping melinjo, kue-kue tradisional, wedang uwuh yang dikemas dan di titipkan di super market-supermarket dan menerima pesanan dari luar desa, ada juga yang membuat kelompok anyaman besek.
Program Pengembangan Dusun
Pada tahun 2006 Kabupaten Bantul terkena musibah gempa bumi, termasuk dusun Mriyan kena dampak gempa bumi tersebut, yaitu 90 % rumah warga rusak berat, 10% rusak ringan dan ada korban jiwa 2 orang meninggal dunia. Pemerintah telah memberi bantuan pembangunan fisik berupa bantuan rumah dengan ukuran 9 x 6 meter atau sekitar 15 juta per-rumah, selain bantuan rumah juga bantuan sarana jalan, masjid dan sarana lain.
Bantuan juga datang dari luar negeri :
Lembaga yang masuk di Dusun Mriyan pasca gempa bumi yaitu dari Bank Dunia (JRM) yaitu membantu membangun selokan atau irigasi. Namun program tersebut hanya satu kali pada pasca gempa, sehingga program tersebut saat ini tidak berlanjut.
Program yang sudah dilakukan dan masih berlanjut adalah pembangunan masjid dan pengecoran jalan yang didanai secara swadaya oleh masyarakat dusun Mriyan sendiri.