Sejarah Desa

20 November 2013 by no comments

Desa Donotirto berasal dari 3 kelurahan yang berdasarkan Perda Tahun 1946 yaitu kelurahan Gadingharjo, kelurahan Banyudono dan kelurahan Kradenan. Peralihan struktur pemerintahannya. Struktur pemerintahan sesuai Rikjsblaad Tahun 1920 pasca kebekelan dimana dinyatakan bahwa kelurahan hanya memiliki hak anggaduh turun temurun. Dari situlah kemudian dinamakan kelurahan Donotirto, mengacu pada Rijksblad tahun 1920 urutan pemerintahan terdiri dari: lurah, kamitua, jogoboyo, kebayan, ulu ulu. Yang baru terdiri dari lurah desa, carik desa, kepala urusan sosial, kepala urusan kemakmuran, kepala urusan keamanan dan kepala urusan agama. Kelurahan Gadingharjo awalnya terdiri dari padukuhan Gading Lumbung, Palangjiwan, Gadingharjo, Gadingdaton, Kalipakel. Kelurahan Banyudono terdiri dari padukuhan Tegalsari, Sruwuh, Busuran, Colo, Mersan. Kelurahan Kradenan terdiri dari padukuhan Metuk, Greges, dan Mriyan. Nama Donotirto sendiri berasal dari kata ‘weweh’ dan ‘tirto’ banyu. Dulu kelurahan Donotirto merupakan daerah perairan yang berasal dari Kamijoro (daerah Pajangan). Yang memberikan nama Donotirto adalah bapak bupati pada tahun 1940-an. Pada zaman kebekelan sebelum riksjblaad tahun 1920, rakyat hanya memiliki hak pakai turun temurun, yang mempunyai hak milik adalah raja (ratu), sehingga rakyat biasanya memberikan upeti (ulu bekti) kepada raja ketika jaman itu. Lurah pertama di Donotirto adalah mantan lurah Gadingharjo yang bernama ‘Sastro Dimejo’. Kradenan ‘Surodeksono’, Banyudono “Harjopawiro’. Kemudian menjadi satu, carik Kradenan yang kemudian menjabat sebagai lurah bernama Sstro Sudarmo.